"Film 5 Cm" adalah film Indonesia yang menceritakan tentang perjalanan 5 sahabat dan 2 cinta, film tentang pendakian puncak tertinggi Jawa, Gunung Mahameru atau biasa dikenal sebagai Gunung Semeru dengan tinggi 3.676 mdpl. Berawal dari film ini saya bersama 5 teman sekelas di kampus tertarik mendaki untuk pertama kalinya, mereka adalah ...
Viga dari Pare, kediri. (tubuh kecil, lucu, kreatif)
Budi dari Ponorogo (tubuh sekuat warok, besar, makannya banyak)
Sani dari Jombang (si pendaki dengan peralatan di kos)
Anggi dari Jombang (kulit hitam manis, sebelas dua belas sama kecap Bango haha)
Zaky dari Tegal (Pemimpin rombongan kami)
dan saya, Dwi dari Pasuruan (ya beginilah adanya)
Kami pun mulai merencanakan untuk mendaki. Dengan peralatan seadanya dan modal pengetahuan tentang mendaki pemula dari internet dan peralatan camping dari tempat persewaan serta sebagian barang hasil maksa temen, kami pun memutuskan untuk berangkat tanggal 13 Mei 2014.
Menurut mitos di kalangan mahasiswa malang, jika musim maba (mahasiswa baru) kota malang akan berubah menjadi kota es (karena sangat dinginnya). Kami berkumpul di kosnya Viga yang biasa dia sebut sebagai "Kos e Mbah Bro", karena pemilik kosnya adalah nenek dengan bahasa gaulnya. Malam itu pukul 00:00 WIB tanggal 13 Mei 2014, dengan menggunakan 3 sepeda motor dan bermodalkan petunjuk arah segala umat (GPS), kami berangkat dari kota Malang menuju Ranupani, di daerah Kabupaten Lumajang dengan jarak tempuh kurang lebih 2 jam perjalanan. Kami memilih berangkat malam karena asumsi kita sampai disana, istirahat, dan esoknya lanjut mulai mendaki.
Setelah melewati perkebunan penduduk dan hutan lebat yang bercahayakan sinar rembulan (mantap), kami pun sampai di pos perijinan pendakian di ranupani. Sejenak beristirahat, pagi pun menyambut kita dan suara riuh penduduk yang berangkat ke kebun mereka (hampir seperti adegan di film 5 Cm, bedanya kami tidur di depan toko warga.. miris~). kami pun terbangun dan bergegas memasak untuk sarapan sembari menunggu pos perijinan yang baru buka jam 08.00 WIB. karena semua diantara kita belum pernah mendaki, barang dan bahan makanan yang dibawa juga seadanya. Pagi itu kami makan 1 kaleng sanden ikan dan nasi dengan ditaburi pilus (jajanan anak-anak) untuk dimakan ber enam menggunakan nestin, sungguh makanan paling enak yang kami makan waktu itu.. yaaa walaupun sedikit kecampur pasir sih.
Ijin pendakian sudah didapat, kita langsung bergegas untuk memulai mendaki. baru beberapa menit kami berjalan, ternyata kita bertemu dengan 2 pendaki dari Jawa Barat (saya lupa nama dan asal mereka dari mana) dan berencana untuk mendaki bersama. Perjalanan dari Ranupani ke Ranukumbolo terdapat 4 pos peristirahatan yang total perjalanan kurang lebih 5 jam, tergantung kondisi fisik dan cuaca juga. sebenarnya rute perjalanannya relatif bersahabat untuk pendaki pemula, jalur yang dirasa berat mungkin antara pos 3 dan pos 4, kaki rasanya gemetar.. (segemetar sidang skripsi). berhubung kami hanyalah anak kos dengan gizi yang memprihatinkan dan olahraga juga kalau ada yang ngajak, perjalanan kami pun terlalu banyak beristirahat (semacam putri solo lagi jalan dengan anggunnya, puelaaan~)
Di tengah perjalanan, kami banyak berpapasan dengan pendaki lainnya. dan mantra yang sering kami dengan dari pendaki lain mau turun adalah ...
"semangat mas, bentar lagi nyampe""deket kok mas, tinggal 2 belokan aja""lah mas, di balik bukit ini udan sampe""semangat mas, banyak pendaki cewek cantik-cantik di depan""dikit lagi mas, ada indoma*et di atas""ayo mas, cepetan.. keburu pindah puncaknya"dll..
Sejenak kata-kata itu ampuh bagi para pendaki yang mau naik gunung, namun setelah berjalan lama dan dirasakan.. ternyata kami baru sadar kalau sedang di bohongi. tempat yang kami tuju ternyata masih jauuuuhhhh. walaupun merasa terbohongi, kami merasa punya semangat lagi untuk segera sampai.

Sembari memutar musik lagu Via Vallen, kami terus melanjutkan perjalanan. Karena tak kunjung bertemu dengan ranukumbolo, di tengah-tengah rasa penasaran, lelah, gelisah, galau, merana, gundah gulana haha.. fatamorgana pun mulai bermunculan. sumpah, perasaannya sama seperti ketemu gebetan yang selama ini dinanti-nanti, seperti semua kata indah di dunia dikumpulkan menjadi satu bernama Ranukumbolo. terlihat dari kejauhan warna air biru kehijauan nampak di depan mata. sekejap semua terbayarkan lunas tanpa ada cicilan (walaupun masih harus turun bukit dulu).
Sesampainya di bawah(ranukumbolo) kami beristirahat sejenak dan sesekali berfoto, cuma sayangnya waktu itu kami hanya membawa 1 camera digital milik Anggi. kita harus mengantri untuk sekedar berfoto dan harus menggunakan tripod dadakan (carrier yang ditidurkan) untuk berfoto bersama, setelah itu kami melanjutkan perjalanan sampai lokasi camping. Jam 15.00 WIB kami sampai dan membagi 2 bagian, Saya, Viga dan Zaki bertugas memasak dan Sani, Budi, dan Anggi bertugas mendirikan tenda. masakan sudah siap, dan terjadi hal yang membuat kami mengambil nafas panjang. Kami tidak membawa piring ataupun kertas minyak untuk alas makan, dan muncullaaah ide kreatif yaitu mengganti alas makan dengan kresek indoma*et.
"lapar yang membuat makanan dengan rasa bagaimanapun menjadi enak"
Komentar
Posting Komentar